Judul Artikel: Gugatan Batas Usia Capres-Cawapres: Siapa Sangka Ini Tidak Hanya untuk Gibran Penggugat batas usia capres-cawapres akhirnya menjadi perhatian publik, seakan kita tidak punya masalah lain selain ini. Bahkan Partai Garuda, si penggugat, enggan membantah bahwa gugatan ini sebenarnya juga tertuju kepada Gibran Rakabuming Raka. Bisa dipahami sih, mungkin memang banyak yang cemas dengan kualitas calon pemimpin di masa depan. Tapi, hayo berani nggak kita jujur kalau gugatan ini dilakukan hanya karena - maaf - kesalahan sang ketua? Begini, nggak perlu malu-maluin. Sebenarnya semua orang jujur minta Gibran mundur hanya karena dia jago jadi anak presiden. Ganteng, rajin, dan nampak ramah. Bikin iri saja sih. Tapi ya kita orang Indonesia, nggak bisa terus-terusan iri. Ada saja cara ngilangin rasa cemburu di hati. Dongkol? Ya, marah dong. Salahin lah si Gibran yang kelewat beruntung. Nggak bisa disalahin Tuhan, kan? Nah, solusinya? Menggugat saja dong. Kalau tembus, ya dapet kepuasan. Kalau nggak, ya belajar hidup lebih realistis. Bukankah kita memang dihukum hidup dalam keterbatasan? Yang punya uang ya jadi presiden, yang nggak punya ya jadi pengangguran. Nggak lucu memang, tapi ya sudah. Sekarang, kalau mau sungguh-sungguh dalam menyeleksi bakal pemimpin, lihatlah dari keseriusan calon dan programnya. Nggak perlu saling sindir dan - maaf - "ngomongin" orang yang dirasa lebih beruntung. Orang Indonesia kok ya suka begitu ya. Suka musuhan karena nggak bisa emang lingkungan. Suka pura-pura jelek-jelakan orang lain demi nyembunyiin kekurangan diri sendiri. Padahal, kalau mau fokus ke kerjaan, lihatlah bahwa keberuntungan orang lain nggak menghilangkan kemampuan kita sendiri. Saya enggak tahu apakah gugatan ini akan berhasil atau tidak, yang jelas keputusan hakim sudah semestinya dihargai. Tapi, kalau menang, ya udah. Mari kita sambut presiden barunya. Kalau kalah, ya jangan ngambek. Mari kita cari solusi lain. Daripada terus-terusan main saling sindir dan merendahkan satu sama lain, kan nggak baik.