Title : Anwar Abbas, Penasihat Kelahiran Meme dan Guru Kebijakan Negara Pada sebuah artikel baru-baru ini, Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengatakan bahwa Presiden Jokowi harus fokus pada tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dia menyarankan agar Jokowi tidak terlalu sibuk dengan cawe-cawe tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai Presiden. Wow, saya kagum betapa bijaknya Anwar Abbas membuat pernyataan logis yang tidak hanya membawa manfaat bagi negara, tetapi juga menghilangkan kecemasan saya mengenai tokoh pembuat meme yang baru lahir terkait dengan kepemimpinan negara kita. Sebenarnya, siapa sih Anwar Abbas ini? Saya selalu merasa penasaran dengan orang-orang yang dengan mudahnya mengkritik orang lain tanpa menunjukkan kinerja yang terbaik dalam liderannya sendiri. Mungkin dia guru kebijakan publik modern yang memberikan teori-teori yang sangat valid dan didukung oleh data untuk mendukung klaimnya. Atau mungkin, dia memiliki latar belakang penelitian sosial yang kuat dan memahami dinamika masyarakat Indonesia dengan baik sehingga dapat membuat pernyataan yang begitu tegas dan berpengaruh. Tapi sejujurnya, saya masih belum yakin. Saya masih merasa bingung tentang mengapa ada orang yang begitu peduli dengan urusan orang lain, tanpa menyadari bahwa itu bukan tanggung jawabnya dan sebaiknya dia berkonsentrasi pada pekerjaannya sendiri. Mungkin Anwar Abbas lebih baik menjaga saran dan pandangannya untuk dirinya sendiri, karena setidaknya itu akan membuatnya terlihat lebih pintar dan cerdas daripada saat ini. Sepertinya sekarang memang jaman yang aneh-aneh ya. Orang-orang yang tidak memiliki kualifikasi atau pengetahuan seolah-olah menjadi ahli di bidang mereka sendiri dan seringkali melupakan sisi etika dan norma-norma sosial. Tapi, satu hal pasti, tidak peduli siapapun yang akan menggantikan Presiden Jokowi, mereka harus mampu membawa perubahan yang positif dan berkualitas untuk Indonesia. Dan, untuk Anwar Abbas, mungkin sebaiknya dia berkonsultasi dengan dokter untuk mengecek apakah dia sehat secara mental atau tidak, karena saya tidak tahu mengapa dia tidak mengatur urusannya sendiri, daripada terus menerus ikut campur dalam urusan orang lain.